Angka 17 bagi bangsa Indonesia menjadi angka sangat istimewa, sebab
pada tanggal itu, bulan Agustus, tahun 1945, merupakan titik cerah bagi
jutaan jiwa Nusantara. Bung Karno sebagai proklamator menentukan tanggal
17 Agustus, bukan sebelum atau sesudahnya.
Meski diculik dan diancam, Bung Karno berkeras
hanya akan membacakan teks proklamasi pada tanggal 17. Mengapa?
Perdebatan dalam menentukan angka 17 ternyata tidak saja menyangkut
masa, namun juga mempertimbangkan makna teologis, numorologis hingga
mistis.
“Angka 17 adalah angka suci,” ujar KH Dirjo Abdul Hadi saat memberikan mauidlotul hasanah buka bersama jajaran Pembimbing dan Andalan Kwartir Cabang (Kwarcab) 11.29 Brebes di Sanggar Pramuka setempat, Rabu (15/8).
Pertama-tama, kata Dirjo, kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. “Kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” kata Dirjo dengan nada seloroh.
Dalam angka 17, lanjut Dirjo, juga bermakna luar biasa. Banyak yang percaya 17 merupakan angka pemberian Tuhan yang paling istimewa. Angka ini dibangun dari angka satu (1) dan tujuh (7) yang menggambarkan banyak hal penting.Pertama, angka 1 adalah angka Tuhan itu sendiri, yang menandakan keberadaan ke-Esa-an Tuhan agama-agama samawi. Sementara angka tujuh diistimewakan sehingga Tuhan menciptakan tujuh hari dalam satu putaran pekan dan langit dibuat berlapis tujuh.
Tidak heran kalau peristiwa-peristiwa penting di alam raya ini jatuh pada tanggal yang dibangun dengan kombinasi angka satu dan tujuh atau kelipatannya. Mislanya, 17 Ramadhan sebagai hari diwahyukannya Al-Quran pertama kali, jumlah rakaat dalam lima waktu shalat sebanyak 17 kali dan 17 Agustus sebagai tanggal kemerdekaan RI.
Sekretaris Kwarcab Brebes H Emasthoni Ezam SH MH menjelaskan, kegiatan buka puasa bersama sekaligus untuk merenung kembali hari lahirnya Pramuka tingkat Kabupaten Brebes. Upacara kebesaran akan dilaksanakan pada bulan September mendatang. Sedangkan renungan suci telah dilaksanakan di masing-masing kwartir ranting (Kwarran).
NU ONLINE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar